KELOMPOK DALAM
ORGANISASI KELOMPOK
v Definisi kelompok
dan bagaiman kelompok tebentuk
kelompok itu adalah kumpulan orang
yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya dan saling berinteraksi
(Paul B Horton) . ada juga pendapat lain kelompok itu adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaanya dan saling berinteraksi. Maka dari semua itu menimbulkan
kelompok-kelompok sosial/social group, sehingga untuk terbentuknya suatu
kelompok tersebut diperlukannya beberapa persyaratan, yaitu:
o
Adanya kesadaran sebagai dari suatu kelompok
o
Memiliki suatu struktur,kaidah serta pola perilaku yang
sama
o
Mempunyai norma-norma yang mengatur hubungan di antara
anggotanya
o
Mempunyai kepentingan bersama
o
Adanya interaksi dan komunikasi diantara anggotanya
Menurut lapisan di dalam
masyarakat , kelompok di bagi menjadi 2 :
o
Kelompok Horisontal yaitu anggota dari kelompok ini
berada pada suatu tingkat sosial yang sama. Jadi kelompok ini mempunyai banyak
kesamaan di dalam kehidupan anggotanya karena mungkin taraf ekonomi anggota
kelompok ini sama dan juga punya pola hidup yang sama pula. Ex:serikat
buruh,serikat tani
o
Kelompok vertical yaitu para anggota ada pada berbagai
tingkat dari tingkat yang tinggi sampai tingkat yang rendah,karena kelompok ini
rata-rata ditentukan oleh kesamaan hobby semata,hal ini ditunjukkan oleh
keragaman latar belakang dari para anggotanya. Ex:kumpulan pengemar sepeda
lowrider.
(Teori Paul B Horton dan Chester L Hunt buku
sosiologi jilid 1 edisi ke 6)
Terbentuknya kelompok itu memang tidak
semuanya sama, ada yang secara kebetulan ,paksaan maupun sukarela.Karena semua
itu tergantung dari situasi dan kondisi kelompok tersebut. Memang pembentukan
kelompok itu diawali dengan adanya presepsi ,perasaan atau motivasi dan tujuan
yang sama dalam memenuhi kebutuhannya, karena hal itu merupakan suatu proses
dasar dari terbentuknya suatu kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan
adanya suatu perassan atau presepsi yang sama dalam memenuhi suatu kebutuhan.
Setelah itu akan timbul suatu motivasai untuk memenuhinya, sehingga
ditemukannya suatu tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi
membentuk suatu kelompok .
Pembentukan kelompok dilakukan dengan
menentukan masing-masing kedudukan anggotanya (siapa yang menjadi anggota dan
ketua). Pada interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan
antara individu satu dengan yang lainnya sehingga timbul suatu perpecahan
(konflik). Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena adanya
kesadaran pentingnya arti dari suatu kelompok tersebut, sehingga anggota
kelompokberusaha menyesuakan diri demi kepentingan bersama. Dan pada akhirnya
setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok
memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi,
hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian
membagi kelompok menjadi empat macam:
• Kelompok statistik, yaitu kelompok
yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di
antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
• Kelompok kemasyarakatan, yaitu
kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan
sosial di antara anggotanya.
• Kelompok sosial, yaitu kelompok
yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang
lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok
pertemuan, kerabat.
• Kelompok asosiasi, yaitu kelompok
yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan
sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh:
Negara, sekolah.
v Jenis – jenis kelompok
Macam-macam
jenis / bentuk kelompok
o
Kelompok
Formal dan Informal
Kelompok Formal
Ditandai dg peraturan/anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan pembagian
tugas yang jelas Ex : Partai Politik, Koperasi
o
Kelompok
Informal
Tidak didukung oleh peraturan/anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
ada. Sifatnya berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpatik. Kelompok
terbuka dan tertutup
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap
akan perubahan dan pembaharuan
Kelompok tertutup adalah suatu kelompok yang kecil kemungkinannya untuk
menerima perubahan dan pembaharuan atau memiliki kecenderungan untuk tetap
menjaga kestabilan yang telah ada.
Kelompok primer Dan Sekunder
o
Kelompok
Primer
Merp kelompok sosial dimana interaksi sosial terjadi yg anggotanya saling
mengenal dekat & memiiki hubungan yg erat dlm kehidupan
o
Kelompok
sekunder:
Terjadi apabila interaksi sosial dilakukan secara tidak langsung, berjauhan dan
sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan sifatnya lebih objektif.
(Ex : Partai politik, Himpunan serikat pekerja, dll)
v
Konflik dan
penyelesaian yang biasa terjadi di dalam kelompok
konflik yang biasa terjadi dalam kelompok:
• penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman
• kompetisi: konflik memunculkan pemenang
• kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi
kerugian
• akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
• kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja
bersama-sama.
v
Strategi penyelesaian konflik
pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi
ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik adalah :
o Kompetisi
penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah
win-lose orientation.
o Akomodasi
penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
o Sharing
suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
o Kolaborasi
bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan
integrasi dari kedua pihak.
o Penghindaran
menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan
penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
o Interaksi
win –win
berpikir menang-menang merupakan sikap hidup, suatu kerangka berpikir yang
menyatakan : “saya dapat menang, dan demikian juga anda, kita bisa menang”.
Berpikir menang-menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan
orang lain. Berpikir menang-menang dimulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah
setara, tidak ada yang di bawah ataupun di atas orang lain. Hidup bukanlah
kompetisi. Mungkin kita memang menjumpai bahwa dunia bisnis, sekolah, keluarga,
olah raga adalah dunia yang penuh kompetisi, tetapi sebenarnya kita sendirilah
yang menciptakan dunia kompetisi. Hidup sebenarnya adalah relasi dengan orang
lain. Berpikir menang-menang bukanlah berpikir tentang menang-kalah, kalah-menang,
atau pun kalah –kalah.
o Win-lose
(menang – kalah).
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau
kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang
lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang
dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang
sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun
sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti
mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit
hati, dan merasa diabaikan.
Sikap menang-kalah dapat muncul dalam bentuk :
menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk
kepentingan diri.
Mencoba untuk berada di atas orang lain.
Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
o Lose-win
(kalah – menang).
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari
kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih
mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama.
Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan
menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem
peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang
mendalam.
o Lose-lose
(kalah – kalah)
biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma
menang-kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka
berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka
berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang
lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
o Win
(menang)
orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang
penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas
menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi
pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian,
dan sulit kerja sama dalam tim.
o Win-win
(menang-menang)
menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-menang berarti mengusahakan
semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang
diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan
persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan
akan meningkatkan kerja sama kreatif.
v
Pengalaman
saya dalam organisasi kelompok
Dulu saya pernah ikut serta
dalam kegiatan kelompok panitia “17 agustus” di daerah tempat saya tinggal ,
dalam kegiatan kelompok tersebut saya menjadi “seksi acara” untuk acara
tersebut , saya dituntut untuk mengatur jalan nya acara , dan membuat jadwal acara
nya , itu pengalaman pertama saya dalam organisasi . di dalam organisasi kecil seperti diatas juga
banyak sekali konflik yang terjadi , mulai konflik internal dari para
“panitia”acara nya sampai konflik pada kegiatan acaranya , factor yang paling
dominan dalam konflik itu adalah factor komunikasi , struktur tugas maupun
struktur organisasi , factor sifat , dan lingkungan .
Refrensi :
Kamanto Sunarto, 1985, Pengantar
Sosiologi sebuah bunga rampai, Jakarta: Yayasan Obor indonesia.
Drs. J.b.a.f maijor polak,1985, Suatu Buku Pengantar Ringkas, cetakan ke
sebelas, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve
K.J.Veeger, 1990, Realitas Sosial,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Horton. B Paul, dan Hunt L. Chester. 1999. sosiologi. Jakarta : airlangga
Wiyarti, Sri Mg dan
Widada Sutapa Mulya. 2007. “Sosiologi.” Surakarta: UNS Press.
Anonimous, 2000. Western Philosopic
Thought.
http://members.aol.com/rhrrr/philmodn.htm, dikunjungi 13 Oktober 2000
Beerling, Kwee, Mooij, dan Van Peursen, 1997. Pengantar Filsafat Ilmu.
Cet.ke-4. Alih Bahasa: S. Soemargono. Tiara Wacana, Yogyakarta.
http://fisip.uns.ac.id/blog/yonie/2010/05/11/pengertian-kelompok/