Kamis, 29 November 2012
Resensi film
perahu kertas
·
Identitas
Film
Judul Film : Perahu kertas
Penulis : Dewi ‘dee’ Lestari
Sutradara : Hanung Bramantyo
PH : Starvision, Bentang Pictures dan Dapur
Film
Artis
– artis : Maudy Ayunda
Adipati Dolken
Reza Rahardian
Sharenna Rizki
Ira Wibowo
Sylvia fully
Fauzan smith
Tyo pakusadewo
Kimberly ryder
Elyzia mulachela
Ben kasyafani
·
Sinopsis
Film yang di angkat dari sebuah novel
dengan judul yang sama ini “ Perahu kertas “ yang ditulis oleh Dewi ‘Dee’
Lestari , menceritakan tentang pertemuan kecil antara kugy dan keenan .
Kisah Kugy dimulai ketika Kugy memutuskan
untuk kuliah sastra di Bandung. Ada satu adegan awal yang begitu keren bagi
saya. Kugy menyampaikan perpisahan dengan meletakkan dua telunjuk di sisi kiri
dan kanan pelipisnya (ciri khas Kugy) sambil tertawa-tawa. Sang pacar pun
mengikuti gaya Kugy. Mereka mendekatkan wajah, biar kedua telunjuknya bisa
menempel.Ya, tak ada pelukan erat dan banjir air mata yang mengiringi
perpisahan mereka.
Kugy
pun tiba di sebuah tempat kos. Saya tidak tahu apakah Kugy telah mengenal
sahabat perempuannya itu sebelumnya, karena begitu tiba di tempat kos, mereka
langsung akrab. Adegan selanjutnya, mereka: Kugy, sahabat perempuan dan pacar
si sahabat, berangkat ke stasiun untuk menjemput Keenan. Sempat terjadi
kekacauan untuk mencari Keenan di stasiun. Namun lagi-lagi Kugy melakukan aksi
uniknya yaitu mengangkat telunjuk ke pelipis sambil berjalan ke setiap gerbong.
Dua sahabat terbengong-bengong melihat aksi Kugy, namun langkah Kugy terhenti
karena ada lelaki yang berdiri di depannya. Ya, sahabat pun akhirnya berhasil
‘menemukan’ Keenan.
Karena
kos mereka berdekatan atau memang satu rumah kos, Keenan dan Kugy jadi langsung
akrab. Keenan begitu kagum dengan ‘perahu kertas’ hasil karya Kugy, begitu juga
dengan buku dongeng tulisan tangan Kugy. Keenan, lelaki cool dengan
rambut agak gondrong. Lelaki model seperti ini tak mungkin menyukai dongeng
kekanak-kanakan, namun Keenan ingin meminjam buku dongeng Kugy. Wortelina, Nyit
Kunyit, Keenan membaca lembar demi lembar tulisan tangan Kugy.
Keenan
yang pintar melukis, diam-diam menggambar tokoh wortelina, nyit kunyit, dan
tokoh yang ada dalam dongeng Kugy. Layaknya pecinta berat dongeng, Keenan
menjelaskan satu-persatu tokoh dongeng yang dia buat: wortelina, nyit kunyit,
satu hal yang membuat Kugy begitu terharu.
Kugy
yang begitu imajinatif meminta Keenan apakah bersedia menjadi ‘agen neptunus’.
Dengan bangga, Keenan pun bersedia. Dia melakukan ucapan seperti yang diminta
Kugy (dengan telunjuk ciri khas Kugy tentunya). Selesai, Kugy pun memberikan
gantungan kunci inisial K pada Keenan.
Sikap
Keenan memberi pelajaran sederhana akan sebuah cinta: bila mencintai seseorang,
cintai dulu dunianya. Lantas bagaimana jika dunia orang yang kita cintai tidak
baik, jangan paksakan diri untuk mencinta! Karena apa hak kita untuk merubah
dunia seseorang!
Jatuh
cinta tak lantas membuat Keenan dan Kugy berpacaran. Di suatu resto, Keenan
melihat Kugy sedang dinner dengan pacarnya. Keenan langsung merasa bahwa
dia mencintai perempuan yang salah. Di satu malam, ketika besoknya Keenan
ulang-tahun, Kugy menyiapkan hadiah spesial untuk Keenan, menyatukan gambar
Keenan dengan tulisannya dalam sebuah buku dngeng yang baru. Sayang, ketika
ingin memberikan hadiah tersebut, dua sahabat Keenan malah mengenalkan seorang
gadis bule, pemilik gallery lukisan, pada Keenan. Kugy begitu cemburu,
dan mengurungkan niatnya untuk memberi hadiah pada Keenan.
Kugy
berpikir, apa dia pantas cemburu pada gadis bule itu. Bukankah dia dan Keenan
hanya berteman, sedangkan Kugy sendiri juga sudah punya pacar. Untuk
menghilangkan kecemburuannya, Kugy memilih untuk menjauh dari mereka bertiga.
Sedangkan Keenan jadi semakin dekat dengan si bule, mengingat gadis ini yang
membantu Keenan menjual lukisannya.
Keenan
pun marah besar ketika pada akhirnya dia tahu kalau ternyata yang memborong
lukisannya hanyalah rekayasa si bule. Hal yang membuat Keenan berniat untuk
berhenti melukis. Kugy sempat menyemangati Keenan untuk tidak mengubur
mimpinya, “Alangkah baiknya jika semua orang menggunakan hobinya untuk
menghasilkan uang.” Namun Keenan tetap pada pendiriannya, tak ingin melukis
lagi!
Hubungan
Kugy dengan sang pacar semakin mengambang. Pacar Kugy iri pada Keenan yang
diberi gantungan kunci.
“Kenapa
dia yang kamu kasih? Kenapa bukan aku?”
“Emangnya
kamu mau jadi agen neptunus?”
“Ya
enggak lah!”
Kugy
begitu kecewa dengan jawaban sang pacar. Beda sekali dengan Keenan yang
langsung mengiyakan. Pacar Kugy pun tidak suka karena Kugy menjadi guru dongeng
di ’sekolah panggung’ milik sahabatnya. Akhirnya, mereka pun putus.
Keenan
memutuskan untuk tinggal di Bali, sambil belajar melukis lagi di gallery
Pak Wayan. Seorang gadis Bali, keponakan Pak Wayan, diam-diam mencintai Keenan.
Ada seorang lelaki Bali yang terlihat cemburu dengan kedekatan Keenan dan gadis
itu.
Waktu
berlalu, Kugy pun lulus menjadi sarjana sastra. Dia melamar pekerjaan sebagai
(hanya) Office Girl di kantor advertising. Ketika rapat redaksi
(apakah ini ya istilahnya untuk tim advertising) dan tim sedang mati
ide. Bos Kugy meminta Kugy untuk menyumbang ide. Dengan gaya khasnya Kugy
berpikir, semua tim kembali bengong, dan pada akhirnya ide Kugy berhasil goal
di mata klien. Kugy pun diterima sebagai karyawan tetap di kantor tersebut.
Kedekatan Kugy pada bos membuat sekretaris bos cemburu.
Benang
merah yang didapat dari kisah cinta ini adalah: ada begitu banyak remaja dan
orang dewasa yang cemburu. Keenan pada pacar Kugy, Kugy pada gadis bule, Lelaki
Bali pada Keenan, Sekretaris bos pada Kugy. Yang membedakan adegan cemburu di
film ini dengan sinetron yang pernah ada adalah: tidak ada aksi pamer wajah
jutek, perang mulut, jambak-jambakan rambut, dorong-dorongan pundak, atau
umpatan kasar dan ancaman di antara mereka. Cemburu, lantas menjauh, hanya itu
yang mereka lakukan. Ya, cemburunya remaja cerdas memang sangat keren di mata
saya. Tak perlu bertengkar memperebutkan satu orang, seperti di dunia ini tak
ada lagi manusia yang pantas untuk dicintai selanjutnya.
·
Penilaian
terhadap objek
Menurut saya
Film ini sangat menginspirasi para remaja agar tidak takut untuk meraih mimpi
dan cita – cita . mimpi
dan cita-cita, memang hak semua orang. Tak salah jika Keenan memilih untuk
menjadi pelukis saja, karena dia lebih tahu akan talenta dan keingingannya.
Namun, salahkah sang Papa yang memaksanya untuk kuliah ekonomi, mengingat
nantinya Keenan akan meneruskan bisnis Papanya? Pilih kuliah ekonomi lantas
bekerja di kantor, atau menjadi pelukis? Satu hal yang selama ini ada di benak
sebagian orang: pekerjaan itu hanya satu! Padahal, jika kita mampu membagi
waktu, bisa saja kita punya tiga pekerjaan sekaligus. Hal yang sama ketika
orang lain melihat saya bisnis coklat, banyak orang yang bertanya, “Emang
sekarang udah nggak ngajar lagi?” Waw, mengajar itu kan hanya dari pagi hingga
sore, malamnya nulis, dan sabtu-minggu produksi coklat. Bisa kan punya tiga
pekerjaan!
Jadi,
andai saya menjadi Keenan, saya akan tetap kuliah ekonomi dan meneruskan hobi
melukis. Kalau ada yang bilang, menulis atau melukis itu hanya pekerjaan
sampingan. Saya teringat akan nasihat Pak Mario Teguh, tidak ada pekerjaan
utama dan sampingan, selagi kita menganggap semuanya itu penting. Semua adalah
pekerjaan utama.
Sumber
:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar